Surat Cinta dari @ucienil

To my beloved daddy, Maderun Sayah

Dear papa,

Banyak hal yang sebenarnya mau aku ungkapin ke papa, hanya saja susah sekali ya mengucapkan kata-kata manis buat papa. Malu. Terkesan berlebihan sepertinya kalau mengutarakan kata-kata itu. Padahal, kata-kata itu terkadang jadi beban loh buatku ketika tidak disampaikan. Seperti ada ganjalan di hati. Makanya, lewat surat yang ditulis ini ada beberapa hal penting yang harus papa baca.

First and the most important, thank you, papa.

Terima kasih sebanyak-banyaknya. Terima kasih tidak terhingga. Terima kasih berjuta kali. Terima kasih sudah ikhlas lahir batin membesarkan anak sepertiku sampai 20 tahun. Terima kasih karena sudah memberikan uang bertrilliun-trilliun demi kelangsungan hidupku  yang ngga akan bisa digantiin sekalipun aku jadi orang terkaya didunia. Terima kasih karena papa selalu membelaku ketika dimarahin mama.

Ingatkah papa ketika aku berumur enam tahun dipaksa mama belajar sepeda namun papa dengan santainya membelaku, “ngga apa-apa kalo uci ngga bisa naik sepeda, yang penting anakku jadi orang yang pintar. Kepintaran kan bukan diukur dari bisa atau tidaknya naik sepeda.” Ingatkah papa setelah itu aku meminta diajari naik sepeda dan papa mengajariku roda empat dengan sangat sabar sampai papa ikut terjatuh?

Terima kasih atas waktu yang ngga bakal bisa terbayar dengan uang yang terbuang banyak. Terima kasih sudah mendidikku dengan penuh kesabaran, sekalipun aku sering bertanya dan bawel, papa tetep jawab dengan penuh kasih. Terima kasih atas cinta papa yang udah papa kasih buatku yang tidak terhingga dan tak terhitung banyaknya. Terima kasih atas segalanya pa, segalanya.

I am very sorry, papa.

Maafin aku ya karena sering ngelawan papa. Maafin juga karena sering ngga nurut sama papa. Maafin ya pa. Maafkan anakmu yang sering bikin khawatir gara-gara sering pulang malem tidak karuan pergi bersama teman-temannya. Maafkan juga karena sering bohong sama papa. Maaf ya pa karena sering ngehabisin uang papa padahal papa kerja banting tulang ngga berhenti tanpa pamrih, ikhlas lahir batin tapi uangnya malah dipakai buat hal-hal ngga penting.

Maafin uci belum bisa jadi apa yang papa mau. “Papa ngga pernah berdo’a apa-apa sama Tuhan. Papa cuma pengen uci jadi anak sholeha dan sukses. Itu aja do’a papa setiap papa sholat” omongan papa yang itu selalu terngiang di telinga. Uci ngga pernah lupa. Maafin semua dosa-dosa uci ke papa ya. Maafin aku selama 20 tahun jadi anak yang ngerepotin. Maafin uci ya, papa.

Papa, I love you very much. I really do.

Hal paling penting tapi paling susah diucapkan, uci sayang banget sama papa. Demi Tuhan. Ngga ada yang bisa nandingin cinta ke papa, selain rasa cinta ke Tuhan, pastinya. Papa tau ngga sih pas papa sakit air mata ini tidak berhenti setiap detiknya, berdo’a kepada Tuhan semoga papaku diberi kesembuhan. Semoga Tuhan ngga manggil papa cepet-cepet ke surga, supaya uci bisa bilang, uci sayang papa.

Tanpa papa bilang, aku tau papa sayang banget sama aku. Apakah tanpa aku bilang, papa bisa tau kalau aku sayang sama papa?

Papa, mau kaya gimanapun papa..

Atau orang ngomongin jelek tentang papa dibelakang..

Papa tetap papa uci, papa nomor satu di dunia dan uci selalu sayang papa. I love you, yesterday, now, and tomorrow. It always be, dad.

Hal yang paling penting lagi, I am proud of you, pa.

Papa paling hebat sedunia. Benar-benar paling hebat. No doubt !

Papa sering cerita kesulitan yang papa alami sewaktu masih kecil, ketika papa harus berjalan berkilo-kilometer demi sampai kesekolah, ketika orang mengejek papa karena papa orang paling susah dan ngga punya uang. Papa membuktikan pada orang-orang sekalipun papa miskin, papa bisa juara satu.

Ketika papa sampai ke Jakarta, semua orang memandang papa remeh, dengan usaha sekuat tenaga, papa membuktikan bahwa papa hebat dan papa bisa menjadi orang yang terpandang karena ilmu. Ketika orang memandang papa hanyalah anak kampung, papa membuktikannya bahwa anak kampungpun bisa keluar negeri.

“Papa percaya sama uci satu juta persen kalau uci bisa jadi orang sukses. Uci bisa jadi panutan bagi orang banyak. Papa percaya itu. Ngga ada keraguan sedikitpun dihati papa.”

Diam mendengarkan kata-kata papa, aku masukkan kata-kata itu kedalam hati. Sebagai pedoman hidup. Sebagai motivasi.

Pa, suatu saat nanti, inilah sebuah janji, uci akan penuhi keinginan papa. Suatu saat nanti ya pa.

Pa, setiap uci berdo’a pada Tuhan, setiap saat itu pula perasaan terima kasih tak terhingga kepada Tuhan. Terima kasih Tuhan telah memberikanku papa yang hebat seperti papaku. Lindungilah beliau, karena aku sangat sayang beliau. Terima kasih Tuhan telah memberikan papa seperti papaku.

Pa, kali ini papa tahu perasaan uci, kan? Terima kasih, maaf, dan uci sayang papa.

Love,

Daughter who loves you very much, uci.

Leave a comment